Senin, 30 April 2012

Sampah Antariksa

Apakah sampah antariksa itu?
Sampah Antariksa adalah koleksi objek-objek di orbit sekitar bumi hasil buatan manusia yang sudah tidak dapat digunakan lagi manfaatnya. Biasanya objek-objek ini berupa potongan roket, satelit yang sudah tidak berfungsi dan puing-puing objek buatan manusia lainnya, objek-objek ini sering menjadi ancaman bagi operasi luar angkasa.
Kebanyakan dari sampah ini berupa partikel-partikel kecil potongan dari objek operasi luar angkasa yang kurang dari 1 centimeter (ini termasuk debu-debu hasil mesin roket dan hasil degradasi cat roket atau kapal luar angkasa).
 Para ilmuwan mendefinisikan sampah antariksa sebagai benda buatan manusia yang mengitari bumi selain satelit yang berfungsi.Dari populasi benda antariksa buatan yang dapat dibuat katalognya, sampah antariksa kini mencapai 93% dari total populasi yakni sekitar 12 ribu buah.Perlu diingat bahwa benda antariksa yang dapat dibuat katalognya hanya yang berukuran minimal 10 cm. Jika ditinjau juga benda antariksa di luar katalog maka jumlah sampah antariksa saat ini telah mencapai jutaan.Sampah ini bisa berupa badan roket (rocket body) dan satelit yang tidak lagi berfungsi (termasuk serpihan-serpihannya jika badan roket dan satelit ini pecah), cat yang mengelupas, debu, ampas bijih dari motor roket, arloji, bahkan sikat gigi milik astronot yang terlepas.





Berdasarkan penelitian, komposisi sampah antariksa adalah sebagai berikut :

- 17% berupa bagian badan roket

- 19% sampah berhubungan dengan aktivitas misi di antariksa.

- 22% berupa pesawat antariksa atau satelit yang tidak berfungsi.

- 42% berupa pecahan-pecahan atau sisa komponen ( bahan baker, baterai, cat yang mengelupas.
)
 Apakah sampah antariksa itu membahayakan?
Partikel-partikel ini dapat membahayakan kapal dan satelit yang beroperasi ke luar angkasa

Sampah antariksa ini mengurangi umur kapal dan satelit, apabila sebuah kapal ditenagai oleh panel solar, maka panel solar ini sangat terancam oleh samah antariksa ini Karena panel tidak dapat dilindungi yang memang hanya dapat bekerja jika panel terekspos ke matahari.
Beberapa kapal/satelit yang kehilangan fungsinya dikarenakan sampah ini diantaranya Kosmos 1275, yang hilang pada 24 Juli 1981, hanya sebulan setelah peluncuran, yang diduga menghasilkan 300 objek sampah baru, Kosmos 1484 juga mengalami hal yang sama pada 18 Oktober 1993, selain itu ada juga Olympus-1 pada 11 Agustus 1993 dan ditinggalkan mengorbit. Pada 24 Juli 1996, microsatellite Cerise dari Perancis terbentur oleh fragmen dari Ariane-1 H-10 booster yang meledak pada November 1986. Pada 29 Maret 2006 satelit komunikasi Express-AM11  milik Rusia tertabrak oleh objek tidak diketahui yang sudah tidak beroperasi. Tetapi yang kejadian yang paling besar yaitu pada 10 Februari 2009 16:56 UTC. Kosmos 2251 seberat 950kg yang sudah tak berfungsi dan 560 kg Iridium 33 yang masih beroperasi bertumbukan 500 mil (800 km) diatas daerah Siberia utara. Kecepatan relatif dari tabrakan sekitar 11.7 km per detik (7.3 mi/s), atau sekitar 42,120 km per jam (26,170 mph). Kedua satelit hancur dan menghasilkan objek sampah antariksa dalam jumlah yang sangat besar yang berperan sebagai potensi bahaya bagi kapal luar angkasa lainnya yang masih beroperasi. Benturan menghasilkan sampah debu, tetapi ukuran banyaknya objek sampah masih belum dapat diketahui secara akurat.
Walaupun sebagian besar objek sampah akan terbakar di atmosfer saat jatuh ke bumi, tetapi ada beberapa objek yang berukuran besar yang jatuh ke permukaan bumi diantaranya, pada 12 Januari 2001, “Star 48 Payload Assist Module (PAM-D) rocket upper stage” jatuh di daerah Saudi Arabia berpopulasi, PAM-D telah diidentifikasi sebagai “rocket upper stage” dari NAVSTAR 32, sebuah satelit GPS yang diluncurkan pada 1993. NASA terus memperingatkan orang untuk menghindari kontak dengan sampah antariksa yang jatuh ke permukaan bumi,  dikarenakan kemungkinan keberadaan senyawa kimia berbahaya. Pada 27 Maret 2007, puing-puing  dari spy satellite milik Rusia terlihat di Lan Chile (LAN Airlines) di sebuah Airbus A340, pilot mendengar “sonic boom” seiring jatuhnya objek sampah antariksa tersebut. Pada 1969, lima pelaut di kapal Jepang terluka karena sampah antariksa yang jatuh ke bumi, diduga merupakan objek antariksa milik Rusia. Pada 1997 seorang wanita Oklahoma bernama Lottie Williams terbentur oleh sebuah potongan logam olahan berwarna hitam berukuran 10 x 13 cm (5.1 in) yang kemuidan dikonfirmasi merupakan bagian bagian pembakar dari tank sebuah roket milik Delta II yang pernah meluncurkan satelit U.S. Air Force pada 1996, tetapi wanita tersebut tak terluka.
Grafik densitas keberadaan sampah antariksa di sekitar orbit bumi.
 















Ada pun beberapa berita yang menyampaikan bahaya sampah antariksa:

Sampah Antariksa Ancam Astronot ISS






Jakarta - Sampah antariksa mengancam para astronot di Stasiun Antariksa Internasional. Sebanyak enam astronot di ISS pun berlindung di kapsul penyelamat ketika sepotong puing antariksa terbang terlalu dekat dan membahayakan keselamatan mereka, Sabtu (24/3/2012) pekkan lalu.



Seperti dikutip dari VOA, Selasa (27/3/2012), Badan Antariksa Amerika serikat mengatakan melalui media sosial Twitter peristiwa itu adalah yang ketiga kalinya bagi para awak stasiun antariksa. Nasa mengatakan para astronot harus menyingkir karena sampah antariksa yang mengorbit menyasar mereka.

Sepotong puing dari roket Rusia Cosmos 2251 yang sudah pensiun diperkirakan mendekat dalam jarak 15 kilometer dari stasiun Antariksa ISS.

Sebenarnya, dalam jarak 15 kilometer sampah antariksa itu tidak terlalu beresiko bagi para. Namun, mereka melakukan evakuasi menuju kapsul penyelamat sebagai langkah antisipasi.

Kapsul penyelamat adalah pesawat antariksa Soyuz yang biasanya digunakan oleh para astronot untuk kembali ke Bumi, baik secara rutin maupun dalam keadaan darurat.
Para astronot kemudian meninggalkan kapsul penyelamat dan kembali ke stasiun ISS guna melaksanakan tugas rutin setelah sampah antariksa berlalu menjauhi mereka.(voa/war) (jurnaliswarga.com)

Bumi Akan Di Hujani Sampah Antariksa 2012




LAPAN dan NASA memperediksi bahaya jatuh nya sampah antariksa ke bumi karena menumpuknya satelit atau benda-benda lain yang sudah tidak terpakai di langit akan terjadi pada tahun 2012, pada tahun itu kemungkinan besar akan semakin banyak saja sampah-sampah dari langit yang masuk ke dalam Bumi.

Thomas Djamaluddin, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan mengatakan, “Pada saat itu, atmosfer Bumi akan menjadi lebih padat akibat pengaruh aktivitas iradiasi matahari di saat siklus puncak. Dengan kian padat, ada hambatan bagi satelit dalam bergerak. Kecepatan menjadi semakin rendah dan lama-lama kehilangan gravitasi dan ketinggian sehingga akan mudah jatuh.”

Beliau pun melanjutkan dengan pernyataan lain, bisa jadi di perkirakan pada tahun 2012 sampah antariksa yang akan jatuh ke bumi meningkat intensitasnya, di perkirakan setiap hari akan terjadi hujan sampah dari benda yang tidak terpakai di angkasa. Itu sudah di luar kondisi normal yang biasanya hanya rata-rata dua satelit atau pecahannya yang jatuh per pekannya. Adapun jumlah sampah antariksa ini bisa mencapai 13.000 dalam ukuran lebih dari 1 sentimeter.

Tapi beliau mengatakan kepada masyarakat untuk tidak panik, menurut beliau peluang sampah antariksa ini untuk mengenai manusia atau obyek yang dimiliki manusia sangat kecil. Beliau menambahkan, “Secara keseluruhan, Bumi ini kan luas. Mayoritas seperti laut, gurun, dan hutan tidak berpenghuni. Jadi, peluangnya kecil,” Yah walau tidak besar peluang mengenai manusia tapi tetap saja perlu di waspadai, mungkin saja kan kejadian seperti Meteor jatuh di Jakarta yang kemarin terulang pada kejadian hujan sampah dari antariksa ini, karena kemungkinan terjadi ada saja.

Beliau pun memberi contoh, misal saja di langit indonesia sebuah satelit rusak yang berada di atas langit Indonesia memiliki peluang yang sama untuk bisa jatuh di Indonesia ataupun Arab Saudi dalam rentang jarak yang cukup jauh, yaitu 1.000 kilometer. Menurut beliau kejadian jatuh nya benda dari langit itu tidak bisa di prediksi akan jatuh di lokasi mana, karena meteor jatuh pun NASA belum bisa memprediksi nya. “Makanya, ini sulit diprediksi akan jatuh di mana,” ungkap beliau.

Untuk contoh nyata dari hal ini kita bisa menengok ke beberapa tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2003 dimana saat terjadinya puncak aktivitas matahari, pada saat itu indonesia di hujani sampah-sampah dari antariksa. Benda tersebut berhasil jatuh ke bumi dan menyentuh tanah, seperti di Bengkulu dengan ukuran 80 x 120 cm. Satelit Berposax juga sempat melintas di Indonesia pada Mei 2003. Pecahan yang terbesar, berukuran manusia, yaitu sisa Roket Soyus dan Cosmos terjadi pada Maret 1981 di Bengkulu.

Waw sudah cukup banyak kejadian di indonesia yah, bahkan menurut info dari Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, pernah ada laporan kejadian sapi, SPBU tertimpa benda dari angkasa tersebut namun bukan di indonesia.

Walau peluang untuk jatuh pas tepat pada pemukiman penduduk di bumi bisa di bilang minim namun tetap saja hal ini perlu kita waspadai, semoga saja para Ilmuwan di dunia bisa menemukan cara agar prediksi puncak hujan sampah dari antariksa di tahun 2012 tidak terjadi dan jika pun terjadi jangan sampai jatuh di tempat pemukiman yang berpenduduk, silahkan saja lah jatuh di laut atau gurun. (kompas).
 
 
Solusi untuk mengatasi sampah antariksa?
partikel-partikel ini dapat diatasi sebagian dengan “meteor bumper” yang sering digunakan pada kapal luar angkasa walau tidak bisa melindungi seluruh bagian kapal seperti panel surya dan teleskop, sebagian kecil sampah berupa partikel yang lebih besar berukuran lebih dari 10cm, yang satu-satunya cara untuk mengatasinya yaitu dengan menghindarinya sebisa mungkin.
solusi demi solusi sedang dicari para ilmuwan untuk membersihkan sampah antariksa, beberapa berita diantaranya:
NASA Tengah Cari Cara Bersihkan Sampah Antariksa
REPUBLIKA.CO.ID, Badan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA) sedang mencari cara untuk membersihkan ruang angkasa dari ancaman peningkatan sampah antariksa.

Seorang astrofisikawan dari kantor Environmental Effect NASA, Donald Kessler, mengatakan industri antariksa secara perlahan mengembangkan ide untuk membersihkan sampah antariksa itu, namun belum pernah ada yang diuji.

Sampah antariksa berasal dari asteroid-asteroid, komet, meteorit dan juga peralatan ruang angkasa yang dibuat manusia maupun bagian lainnya. Satelit "mati" adalah salah satu contoh dari sampah antariksa yang mengancam fungsi satelit dan stasiun ruang angkasa internasional.

Kessler, yang merupakan kepala program penanganan sampah antariksa yang pertama di NASA, mengatakan bahwa ada tiga isu utama yang harus diselesaikan berkaitan dengan pembersihan sampah antariksa.

"Satu, bagaimana kita bisa mendapatkan sampah itu secara murah? Dua, bagaimana kami mengambil objek yang berputar dan tidak dirancang untuk bisa diambil? Ketiga, apa yang akan dilakukan setelah kita mengambilnya?" ujar Kessler kepada kantor berita Xinhua.

Fakta lain yang juga menjadi pertimbangan adalah lambannya astrofisikawan dan ilmuwan membahas persoalan itu dan bahwa NASA tidak setiap tahun bisa menggunakan dana dari pemerintah untuk melakukan penelitian dan melakukan pembersihan sampah antariksa.

Perhatian internasional untuk membersihkan sampah antariksa meningkat sejak beberapa tahun terakhir, terutama sejak Februari 2009, saat dua satelit buatan bertabrakan sekitar 490 mil (790 km) di atas Siberia dan menghasilkan 1.000 keping sampah antariksa.

Kessler yang juga dikenal sebagai pencipta "Kessler Syndrome" percaya bahwa meningkatnya frekuensi tumbukan sampah antariksa akan menciptakan "jalur permanen dari sampah angkasa" yang begitu tebalnya dan berbahaya pada saat peluncuran roket atau satelit.

Dua ide yang mungkin dilakukan untuk membersihkan sampah ruang angkasa adalah menggunakan laser yang sangat kuat, yang bisa mendorong sampah ke orbit yang lebih rendah untuk dibakar, serta pembuatan jaring matrik untuk menangkap sampah antariksa itu.

Meski demikian, menurut Kessler, tidak ada satu konsep pun yang bisa menjadi solusi total atas masalah ini, bahkan jika konsep itu bekerja sesuai rencana sekalipun.

Sejumlah perusahaan di Amerika Utara bekerja di beberapa proyek pembersihan sampah antariksa, salah satunya Star Technology and Reseach (STAR) di Mount Pleasant, South Carolina.

Baru-baru ini STAR menerima hampir dua juta dolar AS dari NASA untuk membuat pesawat luar angkasa ElctroDynamic Debris Eliminator (EDDE) yang akan bekerja membersihkan sampah antariksa.

"EDDE akan beroperasi di medan magnet bumi seperti layaknya kapal yang berlayar karena angin, akan memberikan jangkauan tak terbatas dengan menggunakan tenaga matahari. Ini merupakan terobosan teknologi yang memungkinkan dihilangkannya semua obyek besar dan berbahaya di orbit bumi yang rendah," ujar Juru Bicara STAR Jerome Pearson.

EDDE didesain untuk "berlayar" ke satelit yang sudah tak beroperasi menggunakan tenaga surya kemudian mengeluarkan jaring besar untuk menangkap satelit yang ditargetkan, dan turun ke orbit yang lebih rendah.

Pesawat itu kemudian akan menyemburkan satelit atmosfer bumi sehingga terbakar dan kemudian berlayar lagi ke orbit yang lebih tinggi untuk menangkap satelit yang sudah tak beroperasi.

Lebih dari 2.000 ton sampah antariksa mendekati orbit bumi di bawah ketinggian 2.000 kilometer. EDDE dapat menangkap dan membuat satelit angkasa besar yang telah "mati", kata Pearson.

 Menurut dia, seluruh pihak yang meluncurkan satelit internasional harus bertanggung jawab membersihkan sampah antariksa. (www.republika.co.id)
 

 
Aktivitas Matahari Bersihkan Sampah Antariksa
 
WASHINGTON, KOMPAS.com - Puncak aktivitas Matahari yang akan terjadi 2013 mendatang memang mengancam Bumi dengan badai Matahari yang ditimbulkan. Tapi, ternyata peningkatan aktivitas Matahari tersebut juga membawa dampak positif.

Laporan New Scientist, Rabu (25/1/2012) menyatakan bahwa aktivitas Matahari membantu membersihkan sampah antariksa yang menumpuk di orbit rendah Bumi. Ini menjadikan antariksa lebih aman bagi para astronot.

Ketika aktivitas Matahari memuncak, radiasi yang juga meningkat menghangatkan lapisan luar atmosfer Bumi, thermosfer. Suhu yang meningkat menyebabkan lapisan tersebut sedikit mengembang ke angkasa. 

Apa konsekuensinya? Sampah antariksa yang terdapat di orbit rendah Bumi akan masuk dalam lapisan thermosfer. Akibatnya, sampah dipaksa masuk kembali ke orbit Bumi lebih cepat dan langsung terbakar. Jumlah sampah pun berkurang.

Orbital Debris Quaterly News NASA melaporkan bahwa pengembangan atmosfer ini telah memacu pembakaran sampah Fengyun-1C, satelit milik Cina, serta sampah wahana milik Rusia Kosmos 2251 dan US Iridium 33 milik Amerika Serikat.

Nicholas Johnson dari NASA mengatakan bahwa aktivitas Matahari ini menguntungkan. Dalam kondisi dimana sampah antariksa makin bertambah, ternyata ada cara alami untuk menghancurkan kembali sampah itu.

Berita buruk datang akibat perubahan iklim. Hugh Lewis dari Universitas Southamton, Inggris, mengungkapkan bahwa perubahan iklim akan membuat Bumi lapisan thermosfer menyusut. Sebagai konsekuensi, sampah antariksa bertahan lebih lama.(sains.kompas.com)


Ilmuwan Bikin Satelit Pembersih Sampah Antariksa





BERN - Para Ilmuwan dari Swiss menyiapkan rencana peluncuran satelit pembersih sampah, yang dirancang untuk membersihkan wilayah luar angkasa yang paling dekat dengan Bumi. Satelit tersebut akan menggenggam puing sampah yang mengorbit  pada Bumi, dan melemparnya ke atmosfer.

Satelit pembersih yang bernama CleanSpace One tersebut bernilai USD11 juta, dan dibangun oleh Swiss Space Center di Ecole Polytechnique Federale de Lausanne (EFPL). Demikian diwartakan Dailymail, Jumat (17/2/2012).

EFPL sendiri mengatakan bahwa peluncurannya akan dilakaukan antara tiga sampai lima tahun yang akan datang. Tugas pertama ClearSpace One adalah membersihkan dua satelit yang diluncurkan Swiss pada 2009 dan 2010.

Menurut NASA, di wilayah luar angkasa dekat Bumi ada sekira lebih dari 500 ribu roket bekas, satelit rusak, dan puing-puing lainnya yang mengorbit pada Bumi. Puing-puing tersebut bergerak dalam kecepatan yang mendekati 17.500 mil per jam, cukup cepat untuk menghancurkan atau menimbulkan kerusakan parah pada sebuah satelit atau pesawat luar angkasa.

"Sudah jadi hal mendasar utnuk menyadari keberadaan puing-puing ini, serta risiko yang timbul akibat peningkatan jumlahnya," kata Claude Nicollier, astronot dan profesor di EFPL.

Menurut para ilmuwan, membangun satelit berarti mengembangkan teknologi baru untuk mengatasi tiga masalah besar. Pertama adalah hambatan yang berkaitan dengan lintasan, satelit harus mampu untuk menyesuaikan jalan untuk mencapai targetnya. EPFL sendiri mengatakan bahwa laboratoriumnya sedang mencari penggerak super mini yang bisa melakukan hal ini.

Selanjutnya, satelit harus bisa memegang dan menstabilkan puing-puing pada kecepatan tinggi. Untuk hal ini, para ilmuwan saat ini sedang mempelajari bagaimana tanaman dan hewan sebagai model. Kemudian, CleanSpace One harus bisa mengambil puing-puing, atau satelit yang tidak diinginkan, melemparnya kembali ke atmosfer bumi agar puing-puing tersebut terbakar ketika memasuki atmosfer.(tyo) (techno.okezone.com)



 Daftar Pustaka: 
http://en.wikipedia.org/wiki/Space_debris
18:53, 30 April 2012

http://fahmyaldi1901.blogspot.com
 http://muktijaya.co.id
http://www.jurnaliswarga.com
http://techno.okezone.com
http://sains.kompas.com
http://www.republika.co.id
19:51, 30 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar